Perkembangan teknologi telah memberikan banyak dampak positif bagi aspek bisnis. Jika dahulu segala urusan bisnis harus dikelola secara manual, kini pelaku usaha sudah bisa menerapkan sistem usahanya secara otomatis. Tidak heran, mereka bisa menghemat waktu, biaya, dan tenaga.
Tentu saja, dalam penggunaan teknologi, keamanan menjadi prioritas utama. Pada layanan fintech payment gateway misalnya, sistem keamanan digunakan untuk memastikan para merchant dan pelanggan dapat bertransaksi tanpa hambatan. Mau tahu apa saja pengukuran keamanan pada sistem payment gateway? Cari tahu melalui penjelasan berikut ini ya!
[Baca juga: 6 Ide Bisnis Menjanjikan untuk Kamu yang Berjiwa Seni!]
Secure Socket Layer (SSL) mengacu pada teknologi keamanan yang melindungi penyedia pembayaran maupun web browser pelanggan. Setiap web browser dapat memiliki SSL yang seluruhnya terenkripsi. Apabila transaksi dilaksanakan secara langsung melalui website, maka diperlukan pengukuran keamanan melalui SSL. Akan tetapi, apabila website visitor langsung diarahkan pada laman checkout keamanan pada domain payment gateway, maka payment gateway tersebut akan menyediakan link SSL pada browser.
Secure Electronic Transaction (SET) merupakan sistem dan protokol elektronik yang mengenkripsikan data pembayaran pada kartu kredit. Melalui SET, seluruh detail personal pada kartu dapat terlindungi dari resiko pencurian informasi. Bukan hanya itu saja, SET juga berfungsi untuk melakukan pemblokiran pada upaya pengambilan data personal.
Payment Card Industry Data Security Standard (PCI DSS) merupakan rangkaian kepatuhan dan regulasi keamanan yang diterapkan pada skema kartu utama. Tidak heran, PCI DSS menjadi kebutuhan bagi apapun jenis bisnis yang memproses transaksi menggunakan kartu debit atau kredit. Melalui kepatuhan terhadap PCI DSS, maka transaksi menggunakan kartu debit atau kredit bisa terhindar dari resiko fraud dan pencurian.
[Baca juga: Pastikan Keamanan Siber Bisnis Kamu Melalui 7 Tips Berikut!]
Enkripsi data merupakan metode utama yang digunakan layanan payment gateway untuk memastikan data sensitif pada keamanan transaksi. Jadi, ketika pelanggan menambahkan detail kartu untuk bertransaksi, maka payment gateway akan melakukan enkripsi data. Kemudian, enkripsi tersebut akan mengubah data menjadi bentuk atau kode lain.
3D Secure 2.0 merupakan protokol autentikasi yang ditujukan untuk melakukan autentikasi pada transaksi pembayaran secara online. Jadi, ketika pelanggan sudah memasukkan detail kartu mereka, mereka akan melalui langkah tambahan yang bertujuan untuk verifikasi pembayaran mereka dengan bank. Proses autentikasi ini dapat dilakukan menggunakan password. Melalui 3D Secure 2.0, baik merchant maupun pelanggan bisa meningkatkan keamanan saat bertransaksi online.
Tokenisasi mengacu pada proses konversi data sensitif yang dimiliki pemegang kartu menjadi token keamanan. Untuk membuat token, diperlukan hashing (menghasilkan fixed-size output dari variable size input). Penggunaan tokenization pada layanan payment gateway dapat memastikan keamanan transaksi dengan kartu yang sudah mematuhi pedoman PCI DSS. Hal ini dikarenakan informasi-informasi yang bersifat sensitif hanya akan dikirimkan ketika token sudah dibuat. Kemudian, token tersebut juga dapat digunakan untuk permintaan pembayaran di masa depan.
Tentu saja, salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan untuk mengukur keamanan payment gateway ialah pelatihan untuk karyawan. Maka dari itu, biasanya para karyawan akan mendapatkan latihan secara berkala. Latihan ini dilakukan secara internal untuk memastikan bahwa setiap karyawan memiliki kemampuan untuk mengelola data transaksi secara efektif. Selain itu, pelatihan ini juga penting untuk meningkatkan keamanan data dan meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan.
Penerapan keamanan pada layanan payment gateway menjadi hal yang perlu diutamakan. Soalnya, melalui sistem keamanan yang terjamin, tingkat kepuasan dan kepercayaan pengguna layanan akan meningkat.