Menurut Barbara Thau yang menulis pada Forbes, pelaku usaha retail pada dasarnya masih memperlukan toko fisik. Hal ini dikarenakan pelanggan cenderung akan membeli barang-barang retail ketika mereka berkunjung ke toko dibandingkan ketika mereka hanya melihat produk-produk tersebut melalui website.
Di sisi lain, para pelaku retail yang tadinya hanya berjualan secara online saja kini mulai membuka toko fisik. Hal ini dilakukan sebagai strategi untuk mengombinasikan sistem penjualan secara langsung dan secara jarak jauh. Semakin banyak cara yang dilakukan pelaku retail untuk mempromosikan produk mereka, maka semakin mudah juga mereka mempertahankan bisnis mereka di tengah ketatnya persaingan dengan pelaku retail lain.
Ketika kita membicarakan masa depan industri retail, maka ada beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan. Misalnya seperti kemajuan teknologi yang menciptakan replika berbagai produk sehingga pelanggan dapat membayangkan spesifikasi produk secara lebih detail. Jadi meskipun tidak sempat melihat langsung barang yang hendak dibeli, pelanggan tetap mendapatkan pengalaman berbelanja yang sama seperti ketika datang langsung ke toko.
Sementara itu, dari sisi pembayaran, para pelaku retail juga dapat menyediakan kemudahan sehingga para pelanggannya tidak perlu mengantri di kasir ketika ingin bertransaksi. Saat ini, terdapat layanan pembayaran Cashlez yang dapat diintegrasikan dengan sistem di toko retail. Melalui Cashlez, para pembeli di toko retail bisa memilih berbagai metode pembayaran, mulai dari yang menggunakan kartu debit/kredit hingga pembayaran menggunakan kode QR. Bukan hanya itu saja, para pelaku retail online juga dapat memanfaatkan fitur Cashlez Link sehingga pelanggannya dapat membayar melalui link yang dikirimkan pelaku usaha.
Di tengah banyaknya toko online yang muncul, tidak semua pelaku usaha bisa meninggalkan toko fisik mereka. Pelanggan tetap membutuhkan pengalaman berbelanja yang mengesankan, terutama pada beberapa produk seperti pakaian, mobil, dan gadget.