Bisnis kuliner bisa dikatakan sebagai salah satu bisnis yang tidak akan pernah padam. Hal ini karena manusia selalu membutuhkan makanan, jadi pasti akan selalu ada permintaan terhadap makanan. Akan tetapi, di tengah pesatnya perkembangan dunia, bisnis kuliner pun mengalami perubahan. Kini, mulai trend makanan banyak bermunculan sehingga persaingan di industri ini juga menjadi semakin ketat. Kira-kira, tantangan apa saja sih yang kini dihadapi oleh pebisnis kuliner? Berikut jawabannya!
1. Pembelian makanan tidak hanya dilakukan secara on the spot saja
Ketika tren berbelanja online muncul, para konsumen tentu dapat melakukan pembelian berbagai barang seperti perlengkapan rumah, barang elektronik, hingga mainan anak melalui berbagai e-commerce. Di satu sisi, tidak semua produk makanan dan minuman bisa bertahan dalam jangka waktu beberapa hari. Namun di sisi lain, para pelanggan justru semakin membutuhkan layanan untuk berbelanja makanan secara praktis, terutama jika mereka memiliki rutinitas yang padat sehingga tidak sempat mampir berbelanja. Untungnya, berkat kemajuan teknologi, sekarang ini terdapat beberapa layanan yang memungkinkan pengiriman produk secara instan. Jadi, pelaku usaha memiliki peluang untuk terus berekspansi secara online.
2. Pergeseran selera makanan
Dikarenakan adanya pemberitahuan dari lembaga kesehatan dan makanan seperti WHO dan FDA mengenai konsumsi gula yang tinggi, kini sudah banyak orang yang mulai mengurangi penggunaan gula pada makanan dan minumannya. Padahal, masih banyak pelaku usaha yang menyediakan produk-produk dengan kandungan gula tinggi. Jadi mau tidak mau, pelaku usahalah yang harus menyesuaikan kualitas produk dengan selera konsumen. Beberapa hal yang bisa pelaku usaha lakukan ialah menyediakan produk dengan kandungan gula rendah, produk yang diproduksi secara organik, serta produk yang dibuat dengan kandungan bahan alami.
3. Membuat produk yang lebih berkualitas
Jika produk yang dijual sesuai dengan apa yang dibutuhkan pelanggan, maka produk tersebut tentu akan banyak dicari. Salah satu cara yang dapat dilakukan pelaku usaha untuk membuat produknya semakin bernilai ialah dengan menambahkan bahan baku yang bergizi, mulai dari kandungan vitamin, mineral, hingga protein. Contoh sederhananya ialah pada produk jus. Jika dahulu pelaku usaha hanya menjual jus yang terbuat dari satu jenis buah saja, maka kini mereka dapat menawarkan pelanggannya untuk membeli jus dari kombinasi dua buah agar gizinya semakin banyak.
4. Tidak cepat berinovasi
Tidak semua pelaku usaha kuliner dapat membuat inovasi dengan cepat karena biasanya, sebuah inovasi akan membutuhkan proses. Pelaku usaha harus terlebih dahulu membuat rencana dan mencoba rencana tersebut. Jadi jika inovasi yang dibuat tidak berhasil, maka mereka perlu mengubah cara mereka mengolah makanan. Selain harus menghadapi trial dan error, pelaku usaha juga perlu mengantisipasi adanya kompetitor yang sudah terlebih dahulu memperkenalkan produk sejenis. Di sinilah, mereka dipacu untuk tetap termotivasi dan kreatif sehingga produk mereka bisa tetap terkenal di pasaran.
5. Membuat produk yang lebih praktis
Bukan hanya smartphone saja yang harus mudah digunakan, makanan pada masa kinipun harus lebih praktis dari yang sebelumnya. Hal ini berarti pelaku usaha harus bisa mengolah dan menyajikan makanan yang mudah dikonsumsi. Jika pada masa lalu semua makanan berat harus disajikan di piring, kini pelaku usaha juga bisa menyajikan makanan yang siap disantap, yakni dengan memodifikasi cara penyajian makanan. Selain makanan, pelanggan juga kerap mencari minuman yang mudah dibawa kemana saja. Apalagi, tidak semua pelanggan akan menikmati makanan dan minuman secara langsung karena beberapa juga memilih untuk membawa pulang produk yang mereka beli.
Menghadapi perubahan trend berbisnis memang menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku usaha. Akan tetapi, hal tersebut tidak sama sekali menghambat bisnis mereka selama mereka bisa terbuka dan kreatif.