Ada banyak cara untuk mendeskripsikan apa arti menjadi seorang ibu. Selain melahirkan seorang anak, peran ibu lebih dari sekedar mengurus keluarga, apalagi seorang ibu yang juga seorang karyawan full time. Namun, masih hangat diperdebatkan apakah seorang ibu harus pergi bekerja atau tidak untuk benar-benar melihat tonggak perkembangan anak-anaknya.
Sementara seorang ibu yang bekerja penuh waktu dapat mengalami dilema antara kehidupan profesional dan pribadinya, cara berpikir orang lain juga menyebabkan beberapa mitos tentang ibu yang bekerja. Sebagai ibu yang bekerja, Tisna Ayu Oktavianty, Corporate Secretary Manager Cashlez, menyanggah 4 mitos paling umum yang sering ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap orang di planet ini diberikan jumlah waktu yang sama, tepatnya 24 jam sehari. Baik Kamu bekerja, merawat anak Kamu, atau melakukan keduanya, yang terpenting adalah bagaimana Kamu mengelola tugas sehari-hari secara efisien. Adalah normal untuk merasa stres atau bahkan kewalahan, tetapi Kamu harus memastikan bahwa Kamu dapat menemukan cara untuk menyelesaikannya. Bagi Tisna, kebosanan yang dialaminya bisa diatasi dengan melakukan online window shopping atau mengobrol sambil makan siang dengan Cashlezians lainnya. Sekalipun itu cukup singkat, kualitas waktu akan mengisi ulang dan menyegarkan kesehatannya.
Memang benar seorang fulltimer mom membutuhkan bantuan dari orang lain, seperti orang tuanya atau pengasuh anak untuk menemani anak-anaknya ketika dia pergi bekerja. Namun, durasi kehadiran seorang ibu tidak sesuai dengan kasih sayang dan cinta yang dia miliki. Untuk membuat anak-anak merasa yakin bahwa mereka diperhatikan, Tisna akan meluangkan waktu sebelum dan sesudah jam kantor. Dia juga terus update tentang kegiatan sehari-hari anak-anaknya. Biasanya, dia mengoptimalkan akhir pekan untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya.
Mengapa masih ada beberapa orang menganggap hal ini benar? Apakah ada korelasi antara keterampilan Kamu dan tanggung jawab Kamu sebagai seorang ibu? Tisna sendiri membuktikan kepada kita bagaimana karirnya berkembang saat dia juga memulai perjalanan menjadi ibu. Setelah lulus dari perguruan tinggi, ia mengikuti program pengembangan petugas di bank dan setelah itu melanjutkan bekerja sebagai sekretaris perusahaan pada tahun 2015. Sebelumnya, ia berada di level perwira dan kemudian karirnya meningkat dengan dipromosikan menjadi supervisor. dan setelah itu seorang manajer junior sebelum dia bergabung dengan Cashlez, yang saat itu masih mempersiapkan diri untuk menjadi perusahaan publik.
Baik ibu yang bekerja maupun tidak bekerja sama-sama hebat. Mereka adalah pahlawan, inspirasi, dan juga hadiah berharga bagi keluarga mereka. Kita tidak bisa membandingkan seorang ibu dengan yang lain karena setiap orang memiliki perjuangannya masing-masing. Tisna menyebutkan bahwa hal ini tidak hitam putih, seperti ketika ditanya apakah kebijakan bekerja dari rumah merupakan berkah atau kutukan. Dia menjawab dengan jelas bahwa keduanya benar karena dia mampu mengurus semua anggota keluarga, tetapi juga perlu bersiap ketika distraksi yang datang.
Peran seorang ibu yang bekerja bukanlah sesuatu yang harus kita terima begitu saja. Terlepas dari motivasi apa yang mendorong keputusan untuk bekerja, selalu ada upaya dan kemauan yang disebarkan seorang ibu bekerja untuk terus menginspirasi lingkungannya. Semangat untuk semua ibu di dunia!