Dilansir dari liputan6.com, Kementerian Pertanian memastikan ketersediaan bahan pangan akibat dampak pandemi Covid-19 bagi masyarakat akan terus terpenuhi. Menurut Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (PPSDMP) Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi, saat ini hal yang paling dibutuhkan masyarakat ialah kesehatan dan pangan. Sektor industri yang diandalkan untuk memastikan masyarakat tetap sehat dan bisa terhindari dari resiko penularan Covid-19 ialah sektor pertanian. Di tengah banyaknya bisnis yang terdampak oleh Covid-19, sektor pertanian menjadi harapan baru bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Apalagi berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pertanian, kehutanan, serta perikanan masih meningkat 9,46% pada kuartal pertama tahun 2020. Namun, apakah industri ini juga terdampak oleh pandemi Covid-19 ini? Kira-kira, hal apa ya yang dipersiapkan untuk menjalankan industri pertanian ketika sudah memasuki masa new normal? Simak ulasannya pada penjelasan berikut ini!
Dampak Covid-19 terhadap industri pertanian
Dilansir dari alinea.id, Bayu Krisnamurthi yang merupakan Dosen Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Bayu Krisnamurthi mengatakan, bahwa selama pandemi, industri pertanian tentu juga terdampak karena permintaan konsumen mengalami penurunan. Penyaluran bahan-bahan makanan ke hotel maupun restoran terhambat. Begitu juga dengan catering untuk pesta , rapat, maupun seminar. Belum lagi ditambah dengan penghentian sementara proyek maupun produksi pabrik.
Akan tetapi, pandemi Covid-19 tidak sepenuhnya mengurangi jumlah permintaan. Sejak virus ini terdeteksi di Indonesia pada awal Maret, para pelaku agribisnis juga melihat adanya peningkatan penjualan, terutama pada penjualan online melalui e-commerce. Beberapa produk agribisnis juga semakin dicari masyarakat karena tingginya kesadaran untuk menjaga tubuh agar tetap fit. Konsumsi buah-buahan, sayur, maupun apotek hidup seperti jamu dan obat-obatan mengalami peningkatan.
Industri pertanian di era new normal
Bayu memprediksi bahwa pada era new normal, belanja daring akan menjadi kecenderungan baru yang dilakukan pada sektor pertanian. Makanya, para petani, peternak, nelayan, serta pelaku agribisnis lainnya diharapkan dapat membiasakan diri untuk menggunakan internet sehingga bisa bersaing di era yang baru ini. Tentu saja, peran pemerintah juga diperlukan karena masih banyak desa yang belum terhubung dengan akses internet.
Sementara itu, Kementerian Pertanian juga sudah menetapkan tiga strategi menghadapi dampak Covid-19. Strategi pertama digunakan pada kondisi yang sangat mendesak yang dibutuhkan untuk menghadapi Covid-19. Beberapa kebutuhan tersebut ialah Bufferstock 11 pangan utama pada seluruh provinsi di Indonesia serta adanya padat karya.
Sementara itu, strategi kedua digunakan pada kondisi yang bersifat temporer. Pada strategi ini, pemerintah mengatur kegiatan ekspor agar tetap maksimal. Selain itu, strategi ini juga memuat rencana bantuan benih dan bibit bagi petani yang terdaftar sebagai Kelompok Tani (Poktan) serta Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).
Kemudian, Kementerian Pertanian juga menyiapkan strategi permanen yang bersifat jangka panjang. Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan produksi sebesar 7 persen setiap tahun, meningkatkan ekspor sebanyak tiga kali lipat, penurunan kerugian sebanyak 5 persen, serta target pelaku agribisnis millenial sebanyak 2,5 juta orang.
Saat ini, strategi yang sudah banyak dijalankan ialah strategi pertama. Salah satunya ialah peranan Koptri Kementerian yang memberikan sembako serta penyuluhan kepada para petani. Selain itu, strategi pertama juga dijalankan melalui ajakan kepada petani millenial untuk ikut berkontribusi dalam ketersediaan pangan. Hal ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.